Posts

Showing posts from December, 2017

RUANG

Jalan ini menjadi bukti kekecewaan batin, Sandiwara terungkap lewat puitis omong kosong, Kau begitu sempurna dengan wayangmu, Kita perlu bicara tanpa dialiri batas, Sehingga kau akan jelas akan memaknai, Kelemahanmu menjadikanku ruang gelap, Selalu begitu dengan wayangmu, Keberesan tak kunjung kau tuntaskan, Fakta ada seorang wanita yang butuh kejelasan, Tunggu tunggu bukan ini saja, Kau juga perlu ketegasan dari perihal batasan, Rindu yang kau tuai tak seperti kenyataan, Jangan lari kau harus menegaskan,

AMBANG

Langit dan tanah, Jiwa ini selalu bertanya, Ketidakjelasan menjadi ruang diskusi bom, Seketika mematikan, Menghancurkan, Merusakkan, Dimana wujud nyatamu, Ternyata kau tenggelam, Berat rasa jika mengingat, Jiwa dan ego amarah menjadi kumpulan, Kau kusuruh lari namun kau diam, Persis seperti jam dinding, Diam namun bergerak, Ketidakwarasan fikiran menjawab, Tajam rasanya, Seolah kau muncul lagi, Mengungkapkan semua rasa di jiwa, Jantung berlari seratus kali dibanding kereta, Tidak, tunggu dulu, Jangan besar kepala, Aku hanya ingin menghela nafas, Teruskan saja,

KEMBALI

Susah payah ingatanku tuk lupa denganmu, Hingga ribuan metamorfosa sudah kulalui, Tetap saja bayanganmu slalu di depan jiwaku, Kau tau sudah ribuan purnama kau menghilang tanpa jejak kakimu, Jarak ribuan kilo bukan jadi pemisah, Kau saja yang pilu kau juga penipu, Tidak, jangan mendekat lagi, Walau kau tau ku sudah menipu rasaku, Tak terbendung jua dengan janjimu yang kau ucap hampir ratusan musim yang lalu, Namun kau lupa dengan alasan klasik yang membuat raga munafik, Jurang, jalan, gunung, sungai dan pemisah lainnya, Bertahun-tahun hati menderita, Bagai asap kemunafikan rokok yang larinya entah kemana, Menangis mencari bayangan jiwamu, Linglung mencari arah waras, Sendiri tanpa harapan pasti, Aku masih bertanya-tanya dengan tanda tanya raksasa di kepalaku, Yang membuat dengung pikiranku semakin ingin meledak, Ada apa sebenarnya hingga kau ingin kembali lagi?