RUMIT
Makna apalagi yang kau pertandakan semenjak kau memijak tanah. Memakiku dalam diam seakan ku kosong dan tak mengerti. Terus terang saja di hatiku masih teriak akan nama lucumu. Tapi apa yang bisa kuperbuat dibawah lentera senja yang tiba2 muram. Padahal seharusnya senja sangat menyenangiku hari itu, pun akan wajah supernovamu. Tragis memang. Begitu kau luncurkan naungan kata yang bisa membuat jantung ini seakan menciut, sakit. Tapi tiba-tiba uraian yang kau lontarkan kau tarik lagi waktu itu. Jujur, ku ingin ulur sekali lagi. Namun kau tak beri kesempatan, oh miskinnya aku. Berkali-kali sudah ku diperingati oleh kawan sebayaku agar tak terpeleset oleh luka yang sama. Sama perihnya. Cinta memang tak semudah mengedipkan mata, menoleh ke kanan dan kiri. Kini ku yakin dengan bergerak dan menggelincir maju akan bisa mengibaskan semua perkara. Berikan aku terapi ya untuk kau yang akan jadi penerus logikaku tuk belajar menyaring hati lagi. Doaku dalam naunganku kau akan mencariku sampai kau pilu dan rindu.
Comments
Post a Comment